30 March 2019

The Second Coming of Avarice Chapter 1.1 - Prologue (1)

Chapter 1.1 - Prologue (1)

Splat !!

Darahnya muncrat kemana-mana.

Pandangannya yang bingung perlahan mengarah ke tombak yang menusuk dada kirinya.

Pupil matanya bergetar ketika dia merasakan dinginnya baja menembus hatinya. Seluruh tubuhnya kehilangan kekuatan dan jatuh ke tanah. Dia bisa mendengar teriakan seseorang yang putus asa ketika pemilik suara itu berlari ke arah si penombak. Kecepatannya secepat cahaya.

Sang penombak tersentak kaget seraya melepaskan tombaknya. Tidak hanya itu, dia berbalik dan melayangkan pukulan ke musug yang mendekat dari belakang.

Korbannya terpental. Sang penombak tidak berhenti dan pukulannya yang mematikan menghantam korban lagi.

Pow!!

Kepala korban pecah seketika.

Namun, sang penombak tidak juga berhenti.

Sekali, dua kali, tiga kali, lagi, dan lagi…

Dia dengan kejam meraung, dan memukul kepala musuhnya yang sudah mati, sampai tengkoraknya hancur dan isi otak berserakan di mana-mana.

Barulah, dia akhirnya menghentikan pukulannya. Dengan sepasang mata merah, dia memeriksa sekelilingnya. Kemudian, dia mengambil tombaknya.

Dia menginjak tanah yang basah, yang bercampur dengan isi otak dan daging manusia yang sobek.

Pria yang menyerupai iblis itu berlari ke kabut tebal yang berputar-putar tanpa ragu - ke dalam kabut yang berputar-putar …


Uhuk.

Wanita yang jatuh itu terbatuk-batuk ketika dia bangun. Ekspresi wajahnya mengerut karena rasa sakit yang mengalir dari setiap pori tubuhnya.

Tapi, kerutannya tidak bertahan lama.

Dia mengangkat kepalanya dan mengamati sekelilingnya.

"Apakah…. Ada orang di sana…?"

Angin yang tenang dan penuh kesedihan berhembus.

"Apakah… semua orang… mati?"

Dia menunggu jawaban tetapi tidak ada yang menjawab.

kekekek.

Dia tiba-tibe terkikik dan mulai bergumam seolah-olah dia sedang bernyanyi.

"Semua orang sudah mati, semua orang sudah mati…"

Dia berpikir kalau mayat yang terbakar disampingnya lebih baik bentuknya daripada yang lain. Contohnya, ada potongan daging yang dulunya adalah manusia perlahan mengambang diatas kolam darah tidak jauh dari dirinya.

Dia melihat sekelilingnya sekali lagi dan kekecewaan mewarnai ekspresinya.

Tenggorokannya mulai gatal.

Dia entah bagaimana berhasil menyeret tubuh bagian atasnya ke posisi duduk dan meludahkan air liurnya. Kulitnya sedikit cerah. Dia perlahan mengangkat pandangannya yang kabur ke arah langit kosong di atas.

‘Bagaimana bisa kami…’

…Bagaimana bisa dia berakhir dalam keadaan yang menyedihkan seperti itu?

Suatu hari, ras alien dari dunia lain menerobos masuk ke dunianya.

Baru diketahui kemudian bahwa ras ini telah diusir dari dunia asal mereka.

Setelah mengalami kekalahan pahit, ras ini tanpa tujuan berkeliaran di kekosongan luar angkasa untuk waktu yang sangat lama. Kemudian, mereka menginvasi planetnya untuk menciptakan rumah baru bagi diri mereka sendiri.

… Untuk menjadi penguasa baru dunia ini.

"Anak-anak pelacur tercela itu."

Identitas wanita ini adalah putri Kekaisaran tertentu yang dulunya berada di bawah perlindungan Kekaisaran.

Berita tentang invasi alien didengarnya saat dia berumur enam tahun. Kemudian dia mendengar berita kalau Kekaisaran yang agung telah tumbang pada usia ke sepuluh. Kekaisaran itu, membanggakan ilmu ilmiah dan kekuatan sihir yang luar biasa… Kekaisaran itu sering disebut “Matahari yang Tidak Pernah Terbenam”, telah jatuh dalam waktu empat tahun yang singkat.

Kemudian, ras alien mengambil alih dunia, sampai-sampai mereka menghancurkan dewa yang mereka sembah oleh penduduk Kekaisaran, mengubah seluruh planet menjadi dunia tanpa pemilik seperti era Wild West1

Mungkin semuanya dimulai dari situ.

Setelah itu, banyak ras lain mendarat ke tanah ini yang telah kehilangan perlindungan dari dewa. Mereka telah lama menunggu kesempatan ini untuk melahap dunia ini.

Ras alien penginvasi pertama memulai invasi berdarah mereka di seluruh planet ini; Sementara itu, pemimpin mereka juga menjadikan dirinya sebagai dewa baru.

Saat itulah, ‘kelompok’ dari dunia lain muncul satu per satu.

Ada kelompok yang bersatu dibawah nama “Survival”, ada juga yang lainnya dibawah bendera “conquest”…

Mengingat peristiwa masa lalu, sang putri mulai terkikik perlahan.

Tanah yang dulu dikuasai manusia sekarang adalah arena perang penuh darah dimana banyak ras alien bertarung untuk mendapatkan kekuasaan.

Untuk nasib para pribumi… mereka terlantung-lantung pasrah akan nasib. Seperti lilin yang redup menghadapi angin.

Ada yang menyatakan diri mereka sebagai tuju dewa. Tuju makhluk, terlahir bersama selama lahirnya planet ini, tapi karena suatu hal atau yang lainnya, tidak diakui dan tidak disembah oleh para pribumi.

Para tuju dewa ini menjanjikan kelangsungan hidup kepada para pribumi yang tersisa, dan para penduduk pribumi berjanji menyembah mereka sebagai balasannya. Begitulah, kesepakatannya tercapai - namun, bantuan dari para dewa ini … cukup lucu.

Metode mereka untuk melawan adalah dengan cara memanggil ras lain yang mirip dengan pribumi, kemudian membentuk tentara bersama dengan mereka.

Tidak ada cara yang lain selain ini.

Bahkan Kekaisaran yang agung sudah tumbang selama empat tahun. Jadi kesempatan apa yang kerajaannya dan tentaranya punya dari sebuah kerajaan yang membutuhkan perlindungan dari Kekaisaran?

Apalagi, tidak banyak orang yang selamat dari peperangan penuh darah yang berkelanjutan.

"… Anak-anak pelacur busuk itu."

Dia tanpa tujuan melihat ke atas langit dan mengumpat beberapa kata kotor.

’Kita tidak seharusnya mempercayai mereka dari awal’

Sebenarnya, awalnya tidak seburuk ini.

Satu atau dua orang bumi yang dipanggil oleh para dewa menunjukkan tingkat pertumbuhan yang menakjubkan setelah menerima rahmat dari tujuh dewa.

Namun, pengaruh mereka dengan cepat tumbuh semakin besar, situasi berangsur-angsur berubah ketika mereka mulai mengisolasi dan menganiaya pribumi.

Alasannya banyak: mereka dipisahkan oleh kebangsaan, warna kulit, dogma, dan bahkan, dukungan politik.

Tetapi pada akhirnya, pelakunya yang sebenarnya adalah ‘keuntungan’.

Ketika perpecahan di dalam jajaran manusia bumi yang dipanggil para dewa tadi semakin kacau, itu juga menyebabkan jurang yang dalam terbentuk di dalam struktur kerajaan yang pernah bersatu.

Aliansi yang dibentuk di bawah keinginan untuk bertahan hidup segera pecah, dan struktur kekuasaan dibangun kembali dengan begitu banyak pengorbanan mulai melemah sekali lagi dari konflik internal. Beberapa bahkan sampai mencela para dewa baru.

Itu semua benar-benar peristiwa yang tidak bisa dipercaya, sunggug.

Tapi, apakah begitu saja?

Mayoritas penduduk bumi menolak untuk berpartisipasi dalam pertempuran terakhir ini. Mereka dengan dingin mengabaikan permohonan yang putus asa untuk berpartisipasi, dan kembali ke rumah mereka masing-masing.

Karena inilah yang mengakibatkan kemarahan tak berujung sang putri terhadap mereka semua.

"Bajing…"

Dia ingin bersumpah serapah sekali lagi, tapi kemudian, dia menutup mulutnya dengan cepat.


  1. Wild West atau era koboy https://id.wikipedia.org/wiki/American_Frontier ↩︎

Load comments